Pengendalian gulma secara hayati (biokontrol
gulma) adalah penggunaan musuh-musuh alami
(organisme hidup) selain manusia untuk mengurangi
populasi gulma. contohnya Teki (Cyperus rotundus L.) merupakan
tumbuhan pengganggu yang dapat secara serius
mengancam keberhasilan tanaman budidaya, karena
keberadaannya di setiap tempat di daerah kering, potensi
perkembangbiakannya dan kemampuannya yang sangat
kuat dalam berkompetisi serta sulitnya dikendalikan baik
secara mekanik maupun kimiawi jika telah tumbuh
dengan baik.
Oleh karena itu, pengendalian dengan
kombinasi berbagai perlakuan seperti cara bercocok
tanam, penggunaan herbisida, penyiangan dan
pengendalian hayati (biologi) perlu diterapkan. Biokontrol gulma,
terutama dengan menggunakan jamur-jamur patogen, Salah satu jamur patogen gulma adalah
jamur karat (Uredinales). Jamur karat merupakan
kandidat bahan biokontrol yang mempunyai prospek yang
baik untuk mengendalikan gulma, karena mampu
menyebabkan kerusakan yang berat dan mempunyai
inang yang sangat spesifik.
secara alami gulma teki
terinfeksi oleh jamur karat Puccinia philippinensis Syd.
Akibat infeksi ini pertumbuhan gulma teki menjadi
terhambat, sehingga jamur karat lokal ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen pengendali
hayati gulma teki. P. canaliculata ini jika diterapkan pada saat yang tepat
(keadaan yang kondusif bagi perkembangan jamur) dan
dalam jumlah yang memadai mampu menghambat
pembungaan dan pembentukan umbi gulma tersebut.
patogenisitas jamur karat lokal Lombok pada gulma teki, ialah jamur
Puccinia philippinensis, yang diinokulasikan bersifat
patogenik (dapat menimbulkan penyakit) pada gulma teki
yang ditandai dengan gejala penyakit yang
ditimbulkannya yaitu pada awalnya berwarna kekuningkuningan, kemudian setelah beberapa hari terbentuk
pustul yang berwarna coklat kemerah-merahan pada
bagian bawah daun gulma teki serta pada perkembangan
selanjutnya pustul tersebut membesar dan berubah
warna menjadi coklat kehitam-hitaman.
Jamur karat P. philippinensis
bersifat patogenik (dapat menimbulkan penyakit) pada
gulma teki sehingga berpotensi diterapkan sebagai agen
pengendali hayati gulma teki yang sangat sukar
dikendalikan baik secara mekanik maupun kimiawi.
Selain itu, jamur karat ini tidak mampu menginfeksi
tanam. Tanaman budidaya yang
terinfeksi jamur karat di sekitar tempat terjadinya infeksi
jamur karat pada gulma teki. Hal ini menunjukkan bahwa
jamur karat ini mempunyai inang yang spesifik, sehingga
aman diterapkan sebagai agen pengendali hayati gulma
teki.
Hal tersebut, dilihat dari semakin tinggi kerapatan spora yang diaplikasikan
pada gulma teki maka semakin tinggi jumlah pustul yang
terbentuk, semaikin tinggi intensitas penyakit yang terjadi
dan semakin cepat penyakit berkembang.Inokulasi dilakukan dengan menyemprotkan
larutan ke bagian bawah daun sebanyak 5 kali. Setelah
inokulasi polibag disungkup dengan plastik hitam yang
sebelumnya telah dibasahi bagian dalamnya dengan air
untuk memberikan lingkungan berkelembaban tinggi.
Setelah 24 jam plastik penutup tersebut dibuka.
sekian terimakasih semoga bermanfaat, sampai jumpa di tulisan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar